Blogroll

yang pertama


Kegiatan pertama Save Our Sinabung turun ke posko pengungsian untuk menjalankan misi kemanusiaan pada tanggal 9 Februari 2014. Saat itu kita belum memiliki identitas, belum memiliki seragam, belum memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Mengapa yang pertama ini terasa begitu istimewa? karena tidak akan pernah ada yang kedua atau yang ketiga tanpa yang pertama. Secara kebetulan, atau mungkin yang di atas telah merencanakan demikian, Save Our Sinabung memilih posko pengungsian Desa Siabang-abang, asal pengungsi dari Desa Tanjung Merawa sebagai posko pertama yang kita datangi. di posko ini ada duaratusan anak yang harus kita tangani di dalam tenda peleton yang terasa sesak, panas dan riuh oleh celoteh anak-anak pengungsi. pada awalnya rekan-rekan yang baru bergabung dan belum mendapatkan pelatihan dan bimbingan singkat bagaimana harus menangangi trauma anak akibat bencana merasa kikuk dan kaget, bahkan ada yang sampai blank, tidak tau harus berbuat apa, padahal dari sekretariat kita sudah mengadakan brieffing sebelum berangkat ke posko. kegitan pertama di posko pengungsian siabang-abang ini seakan menjadi batu uji untuk Save Our Sinabung karena kita mendapat tugas yang berat (dari semua kegiatan yang kita lakukan di posko pengungsian inilah yang terberat) harus menghadapi duaratusan anak dari berbagai kelompok umur.Lulus dari ujuan ini, kegiatan di posko-posko pengungsian yang lain terasa lebih mudah dan ringan.

Seiring dengan berjalannya waktu, tantangan lain yang lebih serius mulai terasa, kami menganggapnya inilah ujian kedua bagi lembaga relawan Save Our Sinabung. pada tahap awal erupsi gunung Sinabung, bantuan mengalir dengan gencar, bahkan sampai berlebih ditambah lagi dengan banyaknya kepentingan politik para caleg yang berebut untuk mencari muka di posko-posko pengungsian. Blow up pemberitaan di media massa, terutama televisi juga begitu gencar menghajar indra pendengaran dan penglihatan kita. Tetapi begitu aktivitas Sinabung menurun dan tidak seintens September hingga Januari, bantuan terus berkurang dan tersendat yang menyebabkan para pengungsi merasa terabaikan. Berhentinya pemberitaan tentang Sinabung membuat orang-orang berpikir bahwa masalah di Sinabung telah usai, padahal seiring dengan menurunnya aktivitas Sinabung, masalah para pengungsi kian kompleks. masalah soal berkurangnya antusiasme para donatur untuk mengulurkan bantuan hanyalah salah satu dari sekian banyak permasalahan di sekitar sinabung. Para pengungsi yang telah kembali ke desa-desanya berhadapan dengan kenyataan harus tinggal di bawah atap yang bolong, bahkan ada yang sudah tidak beratap sama sekali, masalah kesehatan mental anak-anak pengungsi juga tidak pernah diperhatikan. di sektor pertanian, masyarakat di lereng Sinabung sangat berharap untuk membangun green house di lahan pertanian yang mereka kelola secara berkelompok, dan banyak lagi permasalahan lainnya.

sekaranglah saatnya jika ingin mengulurkan tangan untuk membantu mereka. Jangan menunda jika ada niat untuk itu, karena dengan membantu sesama yang sedang membutuhkan bantuan, kita juga sedang membantu diri kita sendiri.


0 komentar:

Posting Komentar