Blogroll

Tantangan kita

Ini kali pertama saya bercerita tentang ini. kawan-kawan, sungguh saya merasa beruntung dikelilingi oleh orang-orang yang penuh semangat, loyal dan berdedikasi seperti kalian.

Di awal pembentukan lembaga relawan Save our Sinabung, saya tau ini akan terasa berat karena di mana pun, sangat sulit bagi lembaga relawan yang berkecimpung di bidang bantuan psikososial untuk anak dalam mendapatkan dana. Banyak perusahaan dan donatur, baik atas nama lembaga dan individu yang merasa keberatan memberikan bantuan dalam bentuk uang tunai karena uangnya tidak tampak, sangat berbeda dengan lembaga relawan yang berperan sebagai perantara atau penyalur bantuan logistik dan barang. Perlu kita ingat bahwa para donatur juga ingin mendapatkan manfaat dari sumbangan dan donasinya berupa popularitas serta publisitas, dan itu tidak mereka dapatkan dari lembaga relawan yang bergerak di bidang psikososial.

Sejak awal saya sudah sangat mengerti akan kesulitan yang akan kita hadapi di depan, tapi mengapa kita harus menempuh jalan ini? mengapa tidak menempuh jalan termudah dalam hal pendanaan? kawan-kawan, selama ini dalam penanganan bencana, penanganan post traumatic syndrome disorder (PTSD) pada anak ditempatkan dalam prioritas yang kesekian, bahkan sama sekali diabaikan, meskipun dikerjakan, pengerjaannya hanya secara asal, tidak terstruktur dan tanpa konsep yang jelas. itulah sebabnya kita memilih segmentasi ini, karena sangat jarang ada yang dengan sukarela mau mengerjakannya.

Hari ini, saya sangat bersyukur, sebentar lagi, lembaga kita akan berulang tahun yang pertama, dan kita tetap bisa survive dan selama hampir setahun ni, tidak ada kendala dalam pendanaan meskipun minim, tetapi tidak pernah putus dan kehabisan, buktinya tidak ada program kerja yang terbengkalai karena ketiadaan dana. Sangat luar biasa dukungan dari Sahabat-Sahabat SOS yang ada di Jogja, Bandung, Jakarta, Bali, Balik Papan, Medan, Berastagi, Siantar, Hongkong, Jerman, Rantau Parapat dan kota lainnya. kita telah memilih jalan yang sulit ini untuk kita kerjakan dan semoga kita tidak pernah menyesalinya.

Renungan ini saya rasakan ketika mengunjungi anak-anak di Desa Perbaji Kemarin. Saya sangat senang melihat senyum dan tawa ceria anak-anak itu ketika mereka mengerumuni kita dan mengajak bermain seperti di posko pengungsian dulu, "Main permainan baru bang." begitulah kata mereka. Saya merasa senang bukan karena mereka masih mengingat dan mengenal kita, itu tidaklah penting, karena yang terpenting adalah bahwa mereka baik-baik saja dan sehat secara emosional. kita tidak perlu dikenal dan diingat, karena yang kita inginkan hanyalah masa depan yang lebih baik untuk mereka.

Sebuah Catatan Kecil Pra Relokasi

Beberapa hari yang lalu saya diundang untuk menghadiri rapat tentang peningkatan perekonomian masyarakat tiga Desa yang akan direlokasi. Dalam pertemuan tersebut saya sama sekali tidak mengemukakan pendapat apa-apa karena beberapa hal, pertama adalah rasa tidak nyaman jika harus berdebat dengan pihak pengundang, kedua karena faktor kedekatan yang memaksa untuk menahan diri untuk mengemukakan pendapat yang pasti akan berseberangan dengan semua peserta rapat.

Dalam postingan ini, saya ingin mengemukakan sebuah pendapat tentang peningkatan perekonomian masyarakat tiga Desa yang akan direlokasi. hampir semua orang akan berpendapat bahwa untuk meningkatkan tingkat pendapatan warga yang akan direlokasi harus meningkatkan hasil produksi, merubah pola produksi, khususnya dalam bidang pertanian (dari pertanian an organik menjadi pertanian organik). Setelah berbincang-bincang dengan team relawan Save Our Sinabung, maka kemudian saya menemukan sebuah pemikiran bahwa sesungguhnya bukan peningkatan hasil produksi dan perubahan pola produksi yang berperan dalam peningkatan perekonomian masyarakat Tiga Desa tersebut. Kalaupun hasil produksi meningkat dan pola produksi dirubah, tidak akan secara serta merta berhasil meningkatkan perekonomian masyarakat. hal yang paling utama yang menjadi penghambat peningkatan perekonomian masyarakat itu adalah rendahnya aksesibilitas masyarakat yang akan direlokasi dalam memperoleh pelayanan dasar untuk mengembangkan usaha ekonomi seperti sumber pembiayaan (modal), informasi dan teknologi, serta terbatasnya infrastruktur yang mendukung pengembangan desa.

jika kita sepakat bahwa yang menjadi kendala dalam peningkatan perekonomian masyarakat ketiga desa tersebut adalah rendahnya akses mereka untuk mendapatkan permodalan, informasi, teknologi dan infrastruktur yang terbatas, maka dengan sendirinya kita bisa mengesampingkan peningkatan produksi dan perubahan pola produksi.

Ada sebuah fenomena menarik di Kabupaten Karo akhir-akhir ini, yaitu menurunnya harga jual kopi secara drastis. banyak pendapat yang dikemukakan oleh para ahli perkopian tentang turunnya harga jual komoditas tersebut, ada yang mengatakan bahwa kualitas kopi Taneh Karo kalah dengan kualitas kopi di Tapanuli sana, ada yang mengatakan bahwa curah hujan yang begitu tinggi mengakibatkan gudang-gudang pengepulan kopi tidak bisa menjemur kopi sehingga mereka untuk menutup usahanya untuk beberpa saat lamanya, adalagi yang mengatakan ini dan itu, maklum mereka adalah ahli perkopian seperti kata saya di depan tadi. Tapi, terlepas dari semua pendapat para ahli tersebut, ada satu hal yang sangat jelas terlihat, yaitu para petani tidak memiliki kedaulatan atas pasar, tidak memiliki daya tawar terhadap mekanisme pasar. Kita sangat tergantung kepada para pengepul dan monopoli pasar.

beberapa kelompok menawarkan solusi lain untuk masyarakat ketiga Desa yang akan direlokasi dengan beternak ayam kampung. sama saja kasusnya dengan harga jual kopi tadi, ketika semua masyarakat tersebut beternak ayam kampung, bukankah harga jual daging ayam juga akan turun? ada satu hal yang lepas dari pengamatan, yaiut membangun kedaulatan pasar untuk para warga yang akan direlokasi. caranya? mereka harus mulai mencoba untuk berhenti memproduksi bahan mentah. mereka harus mulai berpikir untuk memproduksi produk olahan yang memiliki nilai lebih (pertambahan nilai) misalnya mengolah bijih kopi menjadi bubuk kopi, sehingga walaupun harga jual biji kopi turun, tetapi harga jual bubuk kopi bisa dikatakan stabil. untuk para petani cabai merah misalnya, mereka juga harus berpikir untuk memproduksi bubuk cabai merah atau saus cabai, para peternak ayam tidak hanya menjual ayam hidup atau daging ayam saja, tetapi juga mulai memproduksi nugget, ayam goreng khas desa relokasi dan sebagainya. di sinilah pentingnya aksesibilitas atas modal, informasi, teknologi dan infrastruktur yang mendukung pengembangan desa. pemerintah harus memfasilitasi masyarakat ketiga desa yang akan direlokasi tadi melalui Bank Indonesia mengeluarkan regulasi kepada bank-bank di daerah untuk memberikan dan mempermudah akses permodalan terhadap masyarakat yang akan direlokasi, melalui kementrian informasi dan komunikasi memberikan akses informasi dan pengenalan teknologi serta penyediaan peralatan yang dibutuhkan oleh masyarakat, melalui dinas pekerjaan umum untuk mempersiapkan infrastruktur dan pasar kepada masyarakat yang akan direlokasi.

ini hanya catatan kecil, saya yakin di luar sana sangat banyak orang yang mampu menyempurnakan gagasan ini.