Atasi Trauma Anak Pascabencana
Berbeda
dengan orang dewasa, anak-anak lebih sensitif dan rentan terhadap
trauma akibat bencana. Hal itu bisa mempengaruhi mental mereka hingga
dewasa.
Kejadian mengerikan saat
bencana terjadi sangat terekam dalam ingatan anak. Terlebih jika ada
keluarga yang meninggal. Bila terjadi penolakan atas kejadian itu di
alam bawah sadarnya, seumur hidup ia tak akan melupakan hal itu.
Ketakutan berlebihan atau
paranoid terhadap gunung misalnya, akan mengganggu aktivitasnya. Efek
trauma kejiwaan yang ditimbulkan bencana bahkan jauh lebih besar dan
berat untuk dipulihkan daripada kerusakan fisik.
Dalam buku Agar Badai
Cepat Berlalu karangan Georgia Witkin, dijelaskan berbagai metode untuk
mengatasi trauma setelah musibah baik musibah besar atau kecil.
Witkin yang merupakan
Direktur The Stress Program , Mt. Sinai School of Medicine New York,
Amerika Serikat, mengungkapkan hari pertama setelah bencana merupakan
hari yang paling membingungkan.
Penelitian yang diungkap
Witkin dalam bukunya menunjukkan bahwa hampir 90% korban masih terus
dilanda stress dan ketakutan bencana akan datang lagi.
Kehilangan keluarga
tercinta juga bisa menimbulkan perasaan beruntung bisa tetap hidup, tapi
juga ada rasa bersalah karena ada orang yang disayanginya meninggal.
Bagaimana cara mengatasi rasa trauma anak-anak dan membuat mereka bisa menerima kematian orang tercinta?
- Hal pertama yang perlu
diperhatikan adalah memahami apa yang dirasakan anak-anak setelah
bencana. Pandangan anak-anak terhadap bencana bisa jauh berbeda dengan
anggapan orang dewasa. Gali perasaan mereka yang terdalam dengan metode
bercerita atau menggambar. Dari gambar yang dihasilkan, bisa diketahui
seberapa dalam dampak bencana terhadap kondisi psikologisnya.
- Kenali gejala-gejala
stres pada anak-anak. Masing-masing anak memiliki kemampuan berbeda
menerima kondisi bencana, sehingga tingkat dan gejala stress yang
ditunjukkan pun berbeda. Ada yang menjadi pendiam, ada yang menjadi
pemarah, dan sebagainya.
- Menurut Witkin, membuat
anak bisa mengurutkan tahap kejadian bencana merupaka salah satu metode
yang tepat untuk membantu proses pemulihan psikisnya.
- Lakukan terapi
berkelompok dengan anak-anak lain yang juga menjadi korban. Dengan
berkumpul bersama anak lain yang senasib, ia tak akan merasa sendirian.
- Orang dewasa tak perlu
menutup-nutupi soal kematian terhadap anak. Misalnya anak belum terlalu
mengerti, jelaskan dengan bahasa mereka tentang konsep dasar kematian.
Berbohong dengan mengatakan orang yang meninggal hanya pergi dan nanti
kembali, cuma akan membuat anak berharap terlalu besar, dan nantinya
kehilangan kepercayaan terhadap orang dewasa.
- Anak-anak cenderung
meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Jangan tunjukkan rasa sedih
terlalu berlebihan di depan anak. Hal itu akan membantu mereka mengatasi
trauma dengan lebih tenang.
*sumber .viva.co.id*
0 komentar:
Posting Komentar